Implementasi kas kecil dan kas di bank adalah bagian penting dari manajemen keuangan dalam sebuah organisasi. Sulit rasanya membayangkan sebuah perusahaan berjalan tanpa manajemen kas yang baik. Meski sama-sama uang kas yang dapat berwujud tunai maupun non tunai, namun uang kas sangat penting untuk melakukan pembayaran dan meski ada perbedaan penggunaan antara keduanya. Kas adalah hal yang paling liquid atau paling cair mudah dirubah atau dialihkan dalam bentuk asset lainnya, sehingga kas ini juga dapat menjadi harta paling riskan dan rawan kecurangan.
Yuk kita bahas satu-satu.
1. Kas Kecil
Kas kecil biasa digunakan untuk pengeluaran yang sifatnya tidak rutin, nominalnya sedikit sehingga tidak berpengaruh besar terhadap perusahaan sehingga akan terlalu rumit jika dilakukan pembayaran jalur formal. Contoh penggunaan kas kecil: pembelian perlengkapan kantor, pembayaran biaya transportasi, atau pengeluaran kecil lainnya relatif dengan kondisi perusahaan.
Implementasi kas kecil yang biasa dilakukan oleh perusahaan:
a. pembentukan kas kecil. Penetapan jumlah kas kecil biasanya dilakukan oleh manajemen perusahaan. Manajemen juga akan menentukan bagaimana pengisian kas kecil dilakukan, berapa lama periode isi ulang kas kecil, dan untuk pengeluaran yang seperti apa kas kecil akan dipakai, termasuk bagaimana pengawasan kas kecil dilakukan. Manajemen juga harus menunjuk pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan kas kecil. Singkatnya perusahaan perlu menetapkan SOP kas kecil.
b. pencatatan kas kecil. Pencatatan kas kecil harus dilakukan sesuai metode kas kecil yang telah ditetapkan SOP perusahaan. Sejauh ini metode pencatatan kas kecil yang dilakukan biasanya menggunakan dana tetap atau dana tidak tetap.
c. pengisian kas kecil. Ketika pengisian kas kecil dilakukan maka penanggung jawab kas kecil harus menyerahkan laporan pencatatan terhadap manajemen. Secara periodik, Laporan kas kecil harus dicocokkan dengan jumlah fisik kas kecil untuk memastikan validitas laporan dan mendeteksi kecurangan.
2. Kas di Bank
Kas Bank digunakan untuk membiayai pengeluaran yang nominalnya besar yang perlu pengendalian lebih ketat dan dapat menyebabkan kerugian besar perusahaan jika terdapat kegagalan pada saat transaksi. Contoh: pembayaran utang usaha pada supplier, pembayaran gaji karyawan, melakukan pembelian asset perusahaan, sewa gedung, pembayaran pajak, dsb. Untuk pengeluaran yang besar ini perusahaan biasanya menggunakan check atau transfer antar rekening. Pengelolaan Kas Bank biasanya juga memiliki SOP tersendiri di perusahaan. Penggunaan Kas Bank ini juga biasanya memerlukan level otorisasi jabatan tertentu di perusahaan. Penanggung jawab kas bank misalnya bagian treasurry, tidak dapat mengeluarkan kas tanpa otorisasi pihak berwenang misalnya manajer treasurry atau bahkan finance director perusahaan.
Secara berkala, kas di Bank juga harus di rekonsiliasi untuk memastikan efektivitas kas sehingga jumlah kas yang tersedia tidak terlalu kecil apalagi terlalu besar sehingga malah ada dana yang seharusnya diputar menjadi menganggur di rekening bank (idle).
Pengelolaan kas di perusahaan tidak hanya sampai situ. Informasi mengenai kas ini penting sekali bahkan diukur dengan beberapa rasio untuk penilaian kesehatan keuangan perusahaan. Perbankan juga akan menilai kesehatan kas dan kemampuan membayar kredit sebelum berani mengucurkan kredit ke perusahaan. Bagi investor, analisis kas juga dapat menunjukkan seberapa efektif perusahaan mengalokasikan dananya untuk belanja modal, ekspansi, kemampuan membayar dividen, dan seberapa besar laba perusahaan yang diperoleh yang berupa kas untuk menjamin bahwa perusahaan mampu membagi hasil keuntungannya dengan para investor.
Jadi menurutmu, apakah informasi soal kas perusahaan itu berharga?