Sebenarnya aku juga gak plonga plongo banget soal MPASI, aku pernah baca sekilas di akun akun kesehatan yang muncul di explore instagram. Kurang lebih aku tau lah menu empat bintang, istilah prona, prohe, LT, terus produk-produk kayak unsalted butter, EVOO, VCO, keju belcube dsb. Tapi ya sekedar tau. Mau baca secara mendalam males. Ribet. Agak meremehkan gitu. Seperti biasa, kebiasaan menyepelekan hal detil muncul. Duh Gusti.
Anakku tepat berusia 6 bulan ketika momen mudik lebaran. Kebetulan baru jatah untuk berada di rumah mertua. Aku mau numpang masak ngolah MPASI segala macam nggak enak dong. Takut nanti diketawain karena pada dasarnya aku nggak bisa masak. Takut salah pake alat-alat masak. Takut berantakin dapur ntar runyam lagi. Intinya banyak ketakutan lah. I know maybe its only in my mind. Tapi ketakutan itu bergabung dengan kemalasan, jadilah takluk aku dibuatnya. Aku juga dipengaruhi sama salah satu video yang dibuat dokter anak di youtube. Dokter itu bilang, bahwa sebaiknya anak dikasih makanan bubur MPASI instan sebagai selingan bubur MPASI homemade untuk memastikan nutrisinya cukup. Karena menurut beliau, bubur MPASI instan telah memiliki gizi yang seimbang dan pas takarannya untuk bayi. Aku menyimpulkan sendiri, aaah berarti bayi dikasih bubur instan terus gapapa dong, malah gizinya akan sangat terpenuhi. Haha konyil.
Akhirnya aku ke minimarket warna biru yang ada dimana-mana terus beli segala macam varian rasa dari bubur instan merek tertentu. Aku juga beli macam-macam biskuit bayi dari mulai model marie sampai biskuit rusk.
Hari pertama MPASI aku bikin bubur dengan porsi dan takaran air sesuai petunjuk kemasan bubur. Anakku nggak mau. Dia malah sibuk penasaran dengan sendok dan mangkoknya. Well kalo aku evaluasi, ini sih terlalu encer. Porsinya juga terlalu banyak.
Hari kedua aku membuat bubur dengan takaran suka-suka. Kekentalan bubur aku pas kan sesuai versiku. Ta daa anakku mulai mau makan meskipun belum banyak. Hari berlalu dengan cepat. Mudik sudah selesai dan aku balik ke perantauan. Baru pas sampai di perantauan aku mikir. "Ini anak aku kasih makanan instan terus apakah sehat?" Aku juga terngiang ngiang diskusi dengan kakak sepupu di jogja. Tekstur MPASI itu penting. Anak yang tekstur MPASInya terlalu lembut dan tidak sesuai dengan usia akan mengakibatkan speech delay (keterlambatan bicara). Aku agak cemas sejujurnya kalo inget diskusi itu. Bubur bayi kan teksturnya gitu-gitu aja.
Sebuah tekad muncul di benak. Aku harus berubah jadi lebih rajin dan perhatian terhadap MPASI. Aku akan masakin anakku MPASI homemade. Aku mulai dari baca resep- resep MPASI di sosmed. Besoknya aku praktekin tuh bikin salah satu resep. Aku pisahin beras dua sendok, bawang merah, bawang putih, wortel, telur, sama VCO buat LT. Aku ikutin langkah-langkah di resep dan voilaaa...... Anakku nggak doyan. Dimakan beberapa suap doang. Aku icipin dong, rasanya hambar gak enak dan gak karuan karena emang nggak pake garam dan gula sama sekali.
Well aku belajar lagi. Ada salah satu dokter di sosmed bilang, "MPASI itu kan miniatur makanan orang dewasa buat bayi. Nggak usah ribet." Aku kayak dapet angin segar. Esoknya aku buat bubur nasi terus kasih sayur dan lauk yang ada di rumah terus disaring disesuaikan sama tahapan tekstur bayi seusia anakku. Weh anakku mau makan lahap. Kadang-kadang makanan yang kusiapkan bener-bener habis. Aku senang dan semakin mantep sama pendapat dokter itu.
Masalah baru muncul saat aku kembali sibuk belajar MPASI. Soal kadar garam dan gula yang bisa dikonsumsi bayi. Aku nemu artikel yang bilang kalo konsumsi garam dan gula pada bayi dibawah usia satu tahun tidak diperbolehkan karena kebutuhan garam dan gula bayi dapat dipenuhi dari buah dan sayuran. Aku selama ini beranggapan bahwa konsumsi gula dan garam untuk bayi di izinkan asal tidak sebanyak orang dewasa. Nah loh bertabrakan. Ini bikin dilema banget. Kalo gak pake garem kan hambar, anakku gak doyan.
Jadilah aku nyari opini lain. Termasuk ngeliatin ingredients dari bubur instan. Ternyata di bubur instan ada komposisi gula sama garam meskipun cuma dikit. Well aku memilih untuk tetap menggunakan gula dan garam akhirnya. Daripada anakku nggak makan.
Di bulan ke sembilan, berat badan anakku turun 100gr. Well cuma satu ons sih itupun anakku masih di garis hijau tapi nggak tau kenapa aku agak panik karena selama lahir sampai umur ke sembilan bulan berat badannya nggak pernah turun. Kepanikankku cukup beralasan karena di bulan ke sembilan anakku lumayan sering GTM. Belum lagi suami nakut-nakutin, "itu kalo dia pola makannya sama seperti bulan lalu, bulan depan BBnya bisa turun lagi."
Aku sibuk putar otak sampai buka aplikasi sosmed berlogo f terus bukain grup grup yang bahas MPASI. Akhirnya ketemulah sharing soal snack MPASI tinggi kalori. Aku mulai rajin memanfaatkan waktu senggang untuk membuat snack MPASI tinggi kalori yang disebut sebut sebagai BB booster. Alhamdulillah hasil tidak mengkhianati usaha. BB anakku naik 400gr dalam sebulan.
Hal yang aku sesali sekarang adalah ketidakmauanku belajar MPASI sejak dini. Karena kefakiran ilmuku soal MPASI maka yang terjadi adalah:
1. Anakku picky eater.
Anakku tidak mau makan makanan yang sudah disediakan begitu saja. Pilih-pilih. Banyak syarat agar anakku mau makan. Hari ini dia lahap makan sayur sop lauk telur ceplok, besoknya belum tentu mau. Hari ini mau makan soto ayam dengan nugget, esoknya gak mau. Salah komposisi lauk, sayur, dan nasi dalam satu sendok aja bisa dilepeh. Dia tidak suka komposisi nasi yang banyak di sendok, dia lebih suka kalo nasinya sedikit dan lauknya banyak. Protein nabati seperti tahu dan tempe dia tidak doyan. Kadang mau disuapi dengan sendok, kadang lebih suka disuapi pake tangan. Kadang mau pake kuah tapi seringnya ogah. Trus kalo makan sayur bayam berkuah gimana? Ya kuahnya dikuras, diambil bayamnya aja.
2. Konsumsi gula dan garam sejak dini. Aku ngga tau pendapat mana yang benar, tapi seharusnya memang anak dibawah satu tahun tidak mengkonsumsi garam dan gula. Selain ada kemungkinan dampak kesehatan, mengkonsumsi makanan tanpa garam dan gula akan membuat anak merasakan rasa asli dari bahan makanan yang di olah. Dengan begitu di kemudian hari ia akan lebih mudah menerima berbagai macam rasa dan tidak pilih-pilih makanan.
Ini sekedar sharing pengalaman ya teman-teman. MPASI itu luas ternyata. Butuh banyak ilmu. Nggak cuma asal kasih makan bayi. Sumber belajar MPASI banyak banget. Bisa dari web WHO, jurnal, sampai postingan di sosmed. Belajar MPASI itu penting banget. Perlu diingat, MPASI itu nggak ribet dan nggak harus mahal. Sumber lemak gak harus pake unsalted butter, bisa diganti dengan santan. Bumbu aromatik ngga cuma bawang putih dan bawang merah, bisa pake jahe, kunyit, sereh, daun jeruk, dsb. Intinya manfaatin apa yang ada di sekitar rumah. Locally available yaa bukan supermarket available. Sekian.