Sabtu, 02 Oktober 2021

Drama Menyusui

Dulu kukira menyusui itu simpel. Sodorin aja ke bayi. Ntar dia minum kalo udah kenyang terus tidur. Simpel. Bayi tidur, ibu bisa bebas beraktivitas. Beres2 rumah, workout, makan, nonton drama korea, dsb. Ternyata pemikiranku salah besar.

Cerita soal drama menyusui dimulai sejak hamil tujuh bulan. ASIku keluar. Mungkin efek dari rutin konsumsi tujuh butir almond tiap hari. Aku selow aja karena udah baca beberapa artikel dan story akun instagram temenku yang ngalamin katanya ini hal normal. 

But then i don't know why, abis melahirkan malah ASI berhenti keluar. Apakah ini efek hormon oksitoksinku yang rendah karena proses melahirkan yang lama? Cuma dugaan belaka sih.

Malam pertama setelah lahiran aku selow, toh bayinya udah kencing dan BAB ngeluarin meconium. Kata dokter anak juga normal. Kata perawat juga bayi masih punya  cadangan makanan buat tiga hari. Yasudah tenanglah hatiku. 

Kecemasan dimulai di malam kedua. Anakku sama sekali tidak mau tidur di boks bayi. Dia gak mau lepas sama sekali dari aku. Dia juga mulai sering terbangun di malam hari dan nangis. 

Aku bingung dong. Mau gak mau aku tidur sempit sempitan di ranjang RS dengan bayi. Haduh. Deg deg an luar biasa mengingat aku biasa tidur pecicilan sejak dulu. Tapi gimana lagi, dia anakku. Udah gitu di RS ngga bisa minta kasur lebar kayak di rumah. 

Malam itu terasa panjang. Anakku terlihat seperti kelaparan. Aku berusaha tenang. Berusaha tetap menyusui seperti instruksi dokter meskipun ASI yang keluar sedikit atau malah enggak keluar sama sekali. Buat mancing produksi ASI kata dokter.  

Berusaha tenang ngga semudah itu. Lidah bayi yang masih kasar membuatku kesakitan. Lagi-lagi aku ngga bisa melakukan apapun selain pasrah menahan sakit dan kantuk.

Paginya aku pulang dari RS. Malam ini bayi akan tidur di rumah. How happy i am pas tau bayi ini tidurnya anteng dan cuek terhadap kebisingan. 

Sampai rumah, ibuku langsung memberiku sepiring besar edamame untuk memperlancar ASI. Aku menurut. Tanpa banyak bicara edamame habis gak bersisa. 

Meski begitu diam-diam aku putus asa dan menyuruh adekku membelikan susu formula dan pompa ASI. Susu formula ini bakal aku berikan kalo sampai besok ASI gak keluar. Sedangkan pompa ASI kubeli berdasarkan saran kakak sepupuku untuk menstimulus produksi ASI. Kakak sepupuku bahkan berbaik hati berjanji esok hari akan datang membawakanku pompa ASI elektrik miliknya.  

Malamnya, anakku mulai terbangun dan menangis kelaparan. Aku bingung dong. Sepertinya ASI yang keluar terlalu sedikit dan belum mencukupi kebutuhannya. Well aku tau ASInya udah keluar karena si bayi sudah pup dan warnanya nggak hitam lagi. Kata tanteku, itu pup bayi yang sudah minum ASI. Waktu itu aku ditanya "kamu ngerasa nggak kalo ASInya keluar?" Aku bingung. Emang rasanya gimana kalo ASInya keluar?

Karena aku masih pake kateter, maka jadilah tanteku dan ibuku yang begadang mengurus dan menggendong baby newborn ini. Akunya tidur. Kalopun bangun aku cuma minum dan mainan hp. Jangan salahin aku ya. Bukan karena aku ngga mau tanggung jawab, tapi karena kondisi. Bayangin aja rasanya nggendong bayi pake kateter. Ngga kuat aku. 

Tengah malam saat terbangun, aku menawarkan susu formula karena mulai kasihan sama bayi kecil yang menangis kelaparan. Reaksi Ibuku dan Tanteku gimana? Marah dong. Aku disuruh istirahat dan sabar. 

Hari selanjutnya masih sama, ibuku kembali memberiku edamame satu piring penuh yang langsung ku tandaskan. Aku juga makan almond segenggam penuh. Minum madu dan air hangat juga. 

Malamnya aku demam. Badanku rasanya meriang dan sakit kayak dipukuli orang satu RT. Aku bahkan marah saat bayi kecilku nangis. Fisikku nggak berdaya. Aku cuma tiduran di kasur. Nangis. Kata ibuku, itu hal wajar. Gapapa. Ibuku bilang aku ngerangkak i istilah jawa nya begitu. Tubuhku bereaksi karena mau produksi ASI. Malam itu berlalu seperti sebelumnya, ibuku dan adekku kali ini begadang lagi mengurus bayi. Aku tidur. Aku gak peduli kejadian apapun di sekitarku. Badanku remuk ya Allah. 

Esok harinya ASI keluar lebih lancar tetapi masih belum deras. Anakku terlihat lebih tenang meskipun beberapa kali dia merengek. Sepertinya belum puas. 

Suamiku bertindak. Dia membelikanku kurma ajwa dan susu almond brand almona di shopee. Harganya lumayan pricey tapi masih affordable. Satu kotak isi lima sachet dibandrol dengan harga Rp 40.000 berarti satu sachetnya delapan ribuan. FYI yang paling enak adalah susu almond varian original.


Setelah minum susu almond, ASIku mulai deras. Aku senang. But then the next problem came up. Putingku mulai lecet.

Karena dari waktu hamil aku sibuk belajar cara mudah melahirkan dan nggak banyak belajar soal menyusui, aku nggak ngerti kenapa bisa lecet begini. Aku pernah baca di instagram soal puting lecet. Tapi penanganannya gimana aku nggak tau. Aku meremehkan karena di awal aku kira punyaku nggak bakal lecet.

Akhirnya aku googling dan sibuk tanya ke ibuku, kakak sepupu, temen, siapa aja yang udah pengalaman tak tanyain pokoknya. Kata ibuku dulu pas jaman ibuku lecet begitu diolesi minyak goreng. Kata kakak sepupuku pake Virgin Coconut Oil (VCO) ini aman kalo ketelen bayi. Kalo temenku malah ngajarin lebih rinci lagi. "Sebelum menyusui diolesin dulu pake ASI yang keluar, terus abis menyusui dikasih madu. Nanti pas mau menyusui lagi dikompres dan dibersihkan dulu madunya pake air hangat agar bayi nggak nelen madu." 

Karena nggak punya VCO dan nggak mau pake minyak goreng, aku ambil inisiatif sendiri pake minyak zaitun. Sambil nunggu paketan VCO yang ku beli di marketplace dateng. Aku juga melakukan saran temanku untuk dioles madu dan dikompres air hangat. Lukanya mulai membaik dengan sangat lambat. 

Oiya bayi aku kadang nggak mau nyusu kalo putingnya masih ada minyak zaitun ataupun VCO, jadi harus di lap dulu pake waslap dan air anget. 

Selama hampir dua bulan aku menyusui dengan drama menangis atau teriak-teriak sendiri sebab menahan perih lecet. Kadang aku ambil kain bedong atau jilbab terus kugigit kuat-kuat biar nggak teriak dan nangis. 

Selain itu baju yang sering kerembesan ASI baunya amis darah masya Allah sampai aku harus ganti baju berkali-kali. Minimal ganti empat kali dalam sehari. 

Bodohnya aku adalah aku nggak persiapan beli breastpad sama sekali. Aku pikir karena aku ngga pergi kemana-mana aku nggak perlu lah beli breastpad. Ternyata itu adalah must have item buat ibu menyusui.

Kocaknya adalah seminggu pasca melahirkan aku harus kontrol ke dokter. Padahal aku belum punya breastpad tuh. Tapi aku nggak ilang akal. Aku ambil pembalut tanpa sayap yang biasa dipake pas menstruasi, kugunting jadi dua terus kutempelkan di bra. Kan fungsinya jadi sama kayak breastpad. Nggak ada yang tau kok. Nggak keliatan juga. Santai aja. Hahahaha

Buat menyusui aja seribet itu gaes, makanya jangan durhaka sama ibu. Jangan nyakitin cewek. Drama biologis cewek itu luar biasa berat. Kalo gak bisa membahagiakan setidaknya nggak usah nyakitin. Closing macam apa ini hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured post

Mengelola Kas Perusahaan

 Implementasi kas kecil dan kas di bank adalah bagian penting dari manajemen keuangan dalam sebuah organisasi. Sulit rasanya membayangkan se...