Momen ketika aku dipasang kateter setelah melahirkan membuatku sadar bahwa selama ini kurang bersyukur banget sama nikmat dan anugerah dari Allah. Bisa pipis mengeluarkan urin dengan normal itu ternyata salah satu nikmat yang sangat besar.
Pagi-pagi pasca melahirkan, urinku di cek perawat ternyata ada 900 ml residu urin yang tersimpan di kandung kemih which is terlalu banyak. Seharusnya residu urin kurang dari 200 ml. Ternyata aku di diagnosa retensi urin. Sehingga harus diterapi dengan kateter. Buat yang belum tau, kateter itu selang yang dipasang di tempat pipis. Dalam kasusku saat itu aku ngga ngerasa pengen pipis jadi pas mau pipis urinnya keluar gitu aja lewat selang dan nggak kerasa.
Ketika dokter visit jam 10 pagi, aku langsung sibuk tanya penyebab retensi urin. Dokter bilang otot kandung kemihku cidera karena terlalu lama mengejan saat melahirkan malamnya sehingga butuh diistirahatkan. Kondisi retensi urin umum dialami pasien setelah melahirkan dan bukan hal yang harus dicemaskan berlebihan.
Meski dokter bilang tidak perlu cemas, tetep aja aku cemas. Seharian gelisah dan agak sedih. Bayangan bisa bebas berkeliaran setelah melahirkan normal lenyap berganti dengan sedih karena gak nyaman bebas bergerak.
Sebenarnya dokter bilang, aku boleh aktivitas seperti biasa. Tapi sebebas apa kalo ada selang yang dipasang di bagian bawah dan ada urin yang ditampung di kantong. Menyedihkan.
Setelah seharian kalut dan sedih, aku lelah. Aku memilih untuk mencoba menerima kondisi dan semangat. Okelah Bismillah. Insya Allah cepat sembuh.
Dokter memberikan instruksi untuk hari ke empat penggunaan kateter, aku harus menjalani training. Jadi selang di kateter ditekuk dan diikat menggunakan karet. Kalau kita merasa ingin pipis, karetnya dilepas dan biarkan urinnya mengalir di kateter. Setelah aliran urin berhenti, kateter diikat lagi.
Kelihatannya simpel ya. Pas praktek nggak semudah itu. Bahkan aku malah sempat bingung, ini kebelet pipis enggak ya? Ini aku masih kerasa pipis nggak ya? Ini urinnya udah berhenti belum ya? Berantakan dan nggak karuan.
Hari ke lima, paginya aku kontrol ke RS. Aku udah ngarep banget dinyatakan sembuh dan kateternya dilepas. Sampai RS setelah formalitas cek suhu, berat badan dan ukur tekanan darah, aku diminta masuk ke ruangan dokter. Kateter dilepas, terus aku disuruh minum sebanyak mungkin. Tunggu sampai kebelet pipis, keluarin pipis di toilet, setelah itu lapor ke dokter kalo sudah pipis. Nanti ada instruksi selanjutnya.
Aku keluar ruangan dokter dengan semangat, langsung minum air mineral kemasan 600ml sama sekalian ngembat air minum yang dibawa adekku di botol kecil 350ml. Semuanya ludes.
Di kursi ruang tunggu aku nyoba tenang nunggu hasrat ingin pipis meskipun sebenernya hati gelisah luar biasa. Tarik nafas panjang hembuskan. Rileks. Ayo dong rileks. Terus menyugesti, Bismillah, ayo kamu pasti bisa.
Finally aku pengen pipis. Tapi rasanya agak ragu gimana gitu. Aku ke toilet dan nyoba kencing. Masya Allah kok yang keluar cuma dikit? Kok aku jadi mengejan kayak mau BAB gini? Padahal nggak pengen BAB. Tubuhku seolah maksa pengen bersihin urin sampai ngejan tapi ngga keluar.
Aku sedih. Aduh kalo nanti masih harus pasang kateter lagi gimana ya Allah.
Aku masuk lagi ke ruang dokter. Dokter dan perawat masang kateter terus kandung kemihku dikosongkan. Terus di ukur residu urin yang barusan dikeluarkan.
"Masih 450 ml mbak. Pasang kateter lagi ya."
Allahu akbar. Yaudahlah pasrah.
Setelah konsultasi banyak hal aku pulang. Pola terapi nya masih sama kayak kemarin. Istirahat tiga hari terus latihan kencing lagi.
Di terapi berikutnya aku lebih legowo. Lebih tenang. Akhirnya aku boleh lepas kateter di hari ke 12. Dokter bilang perkembanganku cukup cepat dan kasusku nggak separah kasus kasus lain yang pernah beliau tangani.
Waktu aku dinyatakan sembuh dan kateter dilepas, sampai rumah malah aku takut kencing. Minumnya sedikit biar kencingnya dikit. Padahal harusnya aku banyak minum. Pas kecing, beberapa kali aku tampung di kantong plastik dan diukur berapa ml volume urinnya untuk meyakinkan diriku kalo aku sudah sembuh.
Sampai ketika dua hari di rumah dan aku yakin banget udah sembuh, aku baru berani minum banyak. Nikmat sekali ya Rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar