Sabtu, 12 September 2015

Economic Imbalances

Sekitar dua hari lalu saya datang ke sekretariat Al Fatih FE UNY. Kebetulan banyak orang yang sedang merapikan buku dan membuat database buku Perpustakaan Al Fatih. Iseng saya ngeliat-liat buku yang berserakan di lantai berlapis karpet abu-abu. Ga sengaja saya nemu majalh Forbes Indonesia edisi Mei 2013 dengan cover pak Hatta Radjasa yang waktu itu menjabat sebagai menko perekonomian. Bahasan utamanya mengenai MP3EI. Sebagai mahasiswa FE saya ga asing sama istilah itu. Apalagi saya udah ngambil mata kuliah Ekonomi Kerakyatan.

Dibuka-buka ternyata majalahnya lumayan menarik buat saya. Pembahasan soal duit, kekayaan, dan iklan-iklan prestigious apartment bikin ngiler. Siapa coba yang ga seneng liat bangunan-bangunan mewah dengan fasilitas lux.

Majalah Forbes sudah pindah ke tas saya, dengan minta ijin sama anak-anak Al Fatih tentunya.
Sampai di rumah, pembahasan dalemnya bikin saya melongo. Keren banget. *Keliatan banget gue ga pernah baca majalah bisnis -,-

GDP per capita Indonesia di tahun 2013 cukup memprihatinkan, cuma sekitar $ 4,200 pertahun sedangkan Mercedes-Benz Indonesia (MBI) menikmati penjualan 5,300 unit atau naik sekitar 58% dari tahun sebelumnya. How can it be?

Bukankah aneh sekali, dengan penghasilan setahun hanya $ 4,200 dollar atau setara dengan
Rp 58.800.000* pertahun bahkan ga cukup buat beli mobil murah seperti Agya, Ayla, dan semacamnya.

This condition shows that our economic imbalances is very poor. Ada yang setiap hari cuma sanggup beli makan dan minum tokk, ada mahasiswa yang rela ngirit makan indomie tiap hari, ada pengamen yang di jalan-jalan, tapi ada juga yang mampu beli mobil mewah seharga milyaran rupiah tiap tahun, ada yang tasnya 150 juta rupiah, ... Ada.

Kalo dikaitkan dengan islam, tentu ada solusinya. Yaitu zakat. Islam mengatur dengan apik bagaimana porsi zakat untuk pemilik emas yang telah mencapai nishab dalam waktu satu tahun, pemilik ternak, bahkan zakat hasil panen pertanian pun diatur.

Lalu apakah dulu zaman Rasulullah SAW masih hidup tidak ada kesenjangan ekonomi?
Tentu saja ada. Kaya dan miskin adalah suatu sunnatullah. Artinya pasti ada.
Tengoklah saudagar terkenal Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan. Kekayaannya sangat banyak, tapi sedekahnya juga luar biasa banyak. Memberi makan orang miskin, menyumbangkan hartanya untuk perbekalan perang memperjuangkan Islam. Semakin mereka menyedekahkan harta, bukannya habis. Malah Allah menggantinya berkali-kali lipat.
Tengoklah pula para ahlussufah. Mereka sampai ditampung di masjid karena tidak mempunyai tempat tinggal akibat kemiskinannya.

Economic imbalances is a Sunnatullah. Pasti ada. Pasti terjadi. Tapi setidaknya harus diminimalisir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured post

Mengelola Kas Perusahaan

 Implementasi kas kecil dan kas di bank adalah bagian penting dari manajemen keuangan dalam sebuah organisasi. Sulit rasanya membayangkan se...