Masalahnya begini, sebagai warga Daerah Istimewa Yogyakarta mood semangat pagi saya bisa ilang sekejap di jalan raya. Bukankah udah dibikinin garis putih, zebracoss, dan segala perlengkapan lalu lintas untuk memastikannya tetap aman dan tertib? Tapi namanya manusia yang keburu-buru suka aja nglanggar batas-batas lalu lintas demi tercapainya sampai kantor on time.
Saya sering ngeliatin ibu-ibu tua usia 50an lg berdiri di trotoar sambil kebingungan. Lha gimana, motor-motor saling berebut naik ke trotoar. Si Ibu dalam dilema, kalo maju sampai pinggir jalan raya lumayan bahaya karena lalu lintas yang padat, tapi kalo mundur, ntar diserempet motor yang masuk trotoar.
Hey warga Indonesia, kalo kalian memang bangsa yang sudah terdidik, pernah mengenyam bangku sekolah, tau apa artinya rambu-rambu lalu lintas, tau fungsi trotoar, tolong deh ilmunya diamalkan. Kalo kita terus-terusan nerobos trotoar dengan prinsip yang-penting-sampai-kantor-ontime, atau kan-lagi-ga -ada- polisi, kita ngga beda sama orang barbar selain penampilannya aja.
Pejalan kaki, penunggu kendaraan umum, mereka punya hak untuk menikmati berdiri di atas trotoar tanoa harus was-was kesambar motor yang lewat. Seenggaknya motor yang ngebut di jalan raya tapi taat aturan lalu lintas itu lebih baik daripada motor yang sukanya ndlesep-ndlesep trotoar.
Pemerintah seharusnya peduli dengan hal seperti ini. Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas, kemacetan jalan raya pemicunya jalan raya yang terlalu sempit, penambahan volume kendaraan yang signifikan, dan kendaraan umum yang tidak memadai. Kalo pemerintah punya fungsi mengatur, setidaknya buatlah aturan mengenai ketiga hal tersebut. Banyak perguruan tinggi di jogja yang bisa diajak rembug mengenai tata kota, pengelolaan transportasi massal, dan meminimalisir banyaknya kendaraan baru yang turun ke jalan.
Tidak mudah memang. Karena warga juga harus diajak bekerjasama dengan pemerintah. Kalo ngga mau kena macet lama yaa berangkat lebih pagi. Kalo bisa naik kendaraan umum, jangan naik kendaraan pribadi.
Pengaturan lalu lintas dan berbagai riset mengenai hal tersebut harus dilakukan sekarang. Sebelum jumlah penduduk jogja meledak. Sebelum penduduk jogja mengalami pertumbuhan dengan hitungan progresi geometris. Kita ngga mau kan lalu lintas jogja besok bakal jadi kayak lalu lintas Jakarta. Amit-amit deh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar