Sepulang dari kampus rasanya lapaar sekali. Perut mulai mengeluarkan suara kriuk-kriuk tak beraturan. Sampai rumah ternyata ibu belum masak. Tia merasa maklum, bagaimanapun juga ibunya sibuk mengajar seharian. Di dapur ada seplastik bakso yang belum dimasak. Bayangan bakso panas dan pedas mengganggu benak Tia yang sedang keroncongan.
"Bu, ini baksonya ga dimasak?" Tia sengaja memancing ibunya dengan pertanyaan.
"Yaudah situ, masak aja sendiri gapapa"
Tia terlonjak senang bukan kepalang. Demi apapun yang ada di dunia, ibu nya adalah orang yang sulit untuk mempercayakan masakan kepada anak gadis tertuanya. Beragam ketidak-beruntungan telah dialami Tia di ranah masak-memasak. Mulai dari oseng kangkung keasinan sampai tempe goreng yang gosong. Mungkin Tia diciptakan bukan sebagai perempuan yang ahli dalam bidang masakan.
Tia mulai mengupas bawang, lalu menumbuknya halus bersama-sama dengan garam.
"Hm, masak bakso kan gampang, cuma bawang, garam, sama merica. Sejenis masak sayur sop kan?" Tia membatin sendiri, mulai sombong. Berlagak ala chef terkenal sedunia.
Air yang direbus Tia mulai mendidih. Segera saja Tia memasukkan bumbu yang barusan ditumbuknya ke panci. Tak lupa tia menuangkan merica bubuk. Sayangnya belum lima detik merica itu masuk ke panci Tia sudah menjerit.
"Aaaaaa kebanyakan merica."
Musnah sudah senyum sok-sok an yang ditunjukkannya sejak tadi, berganti dengan cengiran khawatir akan kepedasan merica. Eh maksudnya 'kepanasan merica' mulai membayang di lehernya.
Meski begitu, Tia tidak mengurungkan niat untuk tetap memasukkan butiran-butiran unyu bakso kedalam panci.
Sesaat kemudian, bakso sudah matang dan siap dinikmati.
Takut-takut Tia menyendok kuah bakso.
"Ga ada rasanya." Gumam Tia pelan. Segera Tia memanggil bapak yang kebetulan lewat.
"Pak, ini ada rasanya engga?"
Mata Tia membulat penasaran saat bapak mencicipi kuah bakso. "Ada sih, tapi kurang." Bapak berkomentar ringan.
Tia menyendok sedikit garam. Kemudian ditambahkan ke dalam panci sambil menyalakan kompor. Bapak berkomentar. "Ngapain kompornya dinyalakan lagi? Diaduk saja sudah cukup kan? Garam itu langsung cair kena air nak"
Tia nyengir dan menepuk jidatnya sendiri tanpa rasa berdosa. Lalu mencicipi kuah bakso ulang.
"Kok rasanya kayak kuah sayur sop ya, Pak? Kok beda sama kuah bakso yang dijual di warung-warung?"
"Mungkin karena kamu ga pake kaldu."
Kesadaran merembet ke otak Tia secara mendadak.
"Ah iya yaa... di penjual bakso kan kuahnya biasanya dikasih tulang sapi, buat kaldu."
Adzan magrib sayup-sayup mulai terdengar. Pertanda Tia harus shalat dulu dan menunda hasratnya untuk menikmati bakso rasa sayur sop masakannya.
Sabtu, 03 Oktober 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Featured post
Mengelola Kas Perusahaan
Implementasi kas kecil dan kas di bank adalah bagian penting dari manajemen keuangan dalam sebuah organisasi. Sulit rasanya membayangkan se...
-
Usia bukan penghalang untuk bisa menjadi blogger yang sukses. Karena saya pernah membaca blog blog perempuan terutama emak emak. ...
-
"Apakah ini perintah Allah?" "ya" Jawaban itu membuat Hajar istri Nabi Ibrahim As tidak lagi bertanya apapun. Dit...
-
Kemarin kamis 19 oktober 2017 saya harus ke Kebumen untuk melaksanakan audit di cabang perusahaan. Well, kalo lewat kebumen saya setidaknya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar