Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Semoga Tak Sebatas Doa di Akhir Sujud

Siang ini udara terasa panas menyengat. Padahal dari tadi aku tak menginjakkan kaki keluar rumah. Tetep aja kepanasan. Well lupakan soal kisahku yang kepanasan ~ Sebenernya aku cuma pengen ngepost sesuatu. Tapi belum tau juga sih mau bahas apa. Apa aku bahas perasaan aja yaa? Ngomongin soal perasaan mah ga ada abisnya. Itu topik nyesek buat para jomblo di segala alam. Terkadang jomblo itu bukan karena ga laku. Tapi karena emang pengen sendiri. Hal terumit yang aku alami adalah, ketika aku suka sama orang, trus aku tau kalo ternyata orang itu juga suka sama aku, tapi kita sama-sama ga (belum) bisa memiliki ternyata rasanya lebih dari sekedar patah hati. Bayangin aja, setiap abis sholat ngotot berdoa abis-abisan buat dia. Mulai minta biar dijadiin jodohnya, dijagain hatinya, duh! Terus ngampus ketemu sama dia, disenyumin (ini part yang paling ga nguatin) sangking sayangnya, dia senyum aja udah ngobrak-abrik iman. Kamu terlalu ganteng mas -,- bikin aku pengen meluk #eh Pahi

Portion of Happiness

Gambar
Did you ever think about happiness portion? Yesterday i think a lot about it. Why some people feel unhappy? But another one feel very happy and enjoy their life. When i was a little girl, i always think that i'll be happy when i grow up. I can use any cosmetics, riding a motorcycle even a car, hangout to any restaurant with my friends, fall in love with a charming boy, and the most simple thing that i thought is going to college without wearing uniform. But now, i am already a student of yogyakarta state university, and all those things that i dreamed a long time ago is fell usual for me. I feel nothing special with it. Just so so. Did you ever think about happiness portion? I think our happiness portion depend on how much we grateful for everything we already had, everything we've got. Human never feel satisfied. Never. When human got their first mountain of gold, they'll try to find out the second, the third, and continue co

PARE; A Year Ago Memories

Gambar
Awalnya saya kira kami tak kan bisa akur. Awalnya saya kira kelas ini akan selalu punya aroma persaingan ambisius. Karena kelas kami bukan kelas biasa. Kami dianggap bibit unggul. Akan tetapi, bukankah pada hakikatnya setiap bayi yang lahir itu adalah pemenang. Hanya saja takdir maupun proses yang dilaluinya berbeda. Sudah barang tentu, proses pembentukan diri yang berbeda akan menuai hasil yang berbeda pula. Meski dengan input yang sama.  And here the story goes.... I've told anyone, everyone around me that i'm proud to be a student of Yogyakarta State University . I exactly know that YSU isn't the best university in Indonesia. But i still proud of it. Because my pride isn't something to talk that easy. My pride is my grateful feeling to Allah my God. Almost a year ago, we studied english in Pare, Kediri, East Java. Some of you must be confused. Why we studied there. Haha. So do I. Ternyata kecamatan pare sangat  famous  dengan nama kampung inggris.  Actua

Manajemen Persepsi

Tadi siang temen saya si fauzan nulis pm (personal message) di BBM ' Peluk peluk, tak tendang seko kos ku koe dit'. Otomatis saya langsung komen 'hii homo'. Fauzan pun protes, 'kenapa kalo cowo saling pelukan langsung dibilang homo? Sementara kalo yang saling berpelukan ngga dianggap lesbi.. sah sah saja sepertinya. Well, sebenarnya itu semua kan soal persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh norma sosial yang ada di daerah setempat. Di Jogja mungkin seperti itu, di daerah lain? Belum tentu. Perlu ada manajemen persepsi sebenarnya. Bagaimana caranya agar kita ngga langsung nge-judge apa yang kita lihat. Belum tentu apa yang kita lihat, dengar, atau rasakan adalah apa terjadi sebenarnya. Dalam jurnalistik, ada namanya cover-bothsides.  Cover-bothsides bahasa sederhananya itu klarifikasi, cek ricek. Contoh, ada kejadian mahasiswa demo langsung di DO rektor, Seorang jurnalis dilarang untuk langsung membuat justifikasi berdasar persepsi yang

Abaikan Saja

Gambar
Rindu ini menyesakkan. Rindu ini terlampau sesak. Mengalir tak henti menyusuri pipi. Memaksa setiap insan untuk bersujud. Meminta kelegaan hati. Sungguh, aku tak pernah meminta apapun darimu. Biarlah Tuhan yang tau apa yang kuinginkan. Biar Tuhan satu-satunya tempat aku meminta. Bukankah bagiNya segala urusan itu mudah dan mungkin? Aku  hanya perlu meneguhkan hati. Mengingat kembali apa tujuan hidup ini. Toh aku tak perlu cemas bukan? Jika ia milikku, maka ia  akan kembali, sejauh apapun ia pergi.. Well , niatnya saya pengen ngepost puisi apaa gitu yang romantis, bercerita tentang kerinduan yang menyesakkan sanubari. Tapi failed . Saya kebingungan meneruskan puisi diatas. Saya ga sesendu dan semelankolis ituh bahkan menghayati kalimatnya aja sulit. Gatau juga apa tujuannya aplot foto itu. Abaikan saja post saya kali ini. Byeeeee