Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Merindukanmu

Kamu tau sesuatu mas? Merindukanmu adalah sesuatu yang rumit untukku. Merindukanmu bukan hal mudah untukku. Sekelumit rindu yang muncul bisa membawa air mataku turun. Memaksaku untuk bersujud, melepaskan semuanya pada Sang Pencipta. Adakalanya aku letih dengan rasa ini. Cuma dengan berdoa aku melepas rasa rindu ini. Berharap Tuhan akan menyampaikan rasa ini padamu. Maaf ya aku lancang sekali..... Tapi sungguh, aku rindu. Kadang aku pura-pura tertawa riang dengan lelucon orang, kau tau kenyataannya aku merindukan lelucon yang keluar dari mulutmu. Merindukan ekspresi konyolmu saat merapikan poni rambut. Merindukan tatapan halusmu yang selalu rumit dan sulit kumengerti. Merindukan wajahmu yang memerah. kamu tau mas, kamu selalu terlihat tampan meski belum mandi, Hehe Aaah entahlah. Ikuti saja kemana takdir akan membawa. Toh bertemu denganmu itu takdir. Meski menjadi temanmu adalah pilihanku, namun jatuh hati padamu benar-benar diluar kendaliku. *gue berubah jadi romantis mendad

Scared

If your dreams don't scare you, it means they're not big enough. Sekejap kata-kata itu membuat bulu kunduk merinding. Kalo boleh saya bilang, almost everyone's scared about future. Because none of us know about it. Masa depan itu hak prerogatif Allah. Kalo dipikir, sebenarnya kita ga perlu takut menghadapi masa depan. Buat apa takut? Sedikit mengutip kata penulis kondang Tereliye, toh daun yang jatuh tertimpa angin pun sudah digariskan takdirnya. Sudah ditentukan nasibnya oleh Sang Pengatur Alam Semesta. Buat apa takut? Kita ga perlu takut bermimpi sebesar dan setinggi apapun asal masih dalam koridor yang dibenarkan agama. Kita boleh bermimpi, berjuang mewujudkannya, kemudian berserah diri dan berharap Tuhan akan mengabulkannya. Selama kita hanya berharap  pada Allah, yakinlah bahwa Dia tak akan mengecewakan kita. Kalaupun ternyata selama ini harapan-harapan baik kita belum di ijabah, mungkin itu soal waktu saja. Atau mungkin Allah ingin mengganti harapan kita dengan s

Selamat Memperbaiki Diri

Mengapa saya berubah? Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sekuat tenaga coba saya jawab. Bayangkan, saya yang tadinya males ke dapur mendadak jadi rajin. Tadinya ga tau cara masak oseng-oseng akhirnya bisa, malah saya juga tau cara bikin lele bakar balado. Tadinya males ngerawat diri sendiri, akhir-akhir ini malah jadi rajin perawatan badan. Tadinya males-malesan belajar, tiba-tiba sekarang semangat baca buku kieso yang tebelnya bisa buat nggebuk maling. Well, jujur saja awalnya saya ngelakuin itu karena saya jatuh hati sama seorang laki-laki. Dia laki-laki yang sangat baik, pintar, dan ramah. Belum lagi secara fisik laki-laki ini hampir sempurna. Entah saya bilang gitu karena saya suka dia atau karena ganteng beneran saya juga gatau ding. hehe. Saya pernah baca bahwa jodoh itu sederajat atau istilahnya se'kufu'. Dalam Al Qur'an sendiri telah dijelaskan dengan gamblang bahwa laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik pula. Maka saya pun bertekad untuk

Aku Memintamu untuk Berhenti......

Tulisan ini di dedikasikan untuk seseorang yang istimewa. Mungkin dia tak tau soal tulisan ini. Tapi biarlah, suatu saat dia pasti akan membacanya. Aku meminta mu untuk berhenti memikirkan hal-hal yang menyedihkan. Karena hidup ini ga semenyedihkan yang kamu lihat. Aku ga akan membandingkan hidupku dengan hidupmu. Karena hidup yang pernah kita alami tentu saja berbeda. Aku tak tau sekeras apa dan semenyedihkan apa hidupmu dulu. Tapi apapun itu, kita harus punya harapan dan cita-cita. Kita masih punya harapan untuk melunakkan masa depan. Aku memintamu untuk berhenti memikirkan hal-hal yang menyedihkan. Meski lebih mudah untuk dikatakan daripada dijalankan, aku setuju sama kata-kata bang tere liye. Bahwa kita harus ikhlas, membiakan semuanya mengalir, membiarkan semuanya berjalan sesuai takdir. Seperti daun yang jatuh tertiup angin. Penerimaan yang tulus terkadang sangat menyakitkan. Aku memintamu untuk berhenti memikirkan hal-hal yang menyedihkan. Meskipun Tuhan telah menetapkan

Tekanan

Sore ini saya pengen bahas soal bagaimana sebenarnya sebuah tekanan bisa memicu kita meraih prestasi. Tekanan memang bukan dorongan yang baik.  Bisa dibilang saya sejak kecil terbentuk oleh tekanan. Ketika saya masih SD dulu, saya lumayan tertekan oleh aturan orang tua yang mewajibkan saya memakai jilbab ketika keluar rumah. Saat itu, teman-teman saya sibuk memakai bando dan ikat rambut boneka yang lucu-lucu. Sebagai satu-satunya siswi yang berjilbab di kelas, bohong rasanya kalo saya ga ngiri dengan kondisi itu. Saya punya bando atau ikat rambut boneka. Saya punya. Malah koleksi saya lebih bagus dari teman-teman saya. Tapi saya hanya bisa memakainya di dalam rumah, tidak bisa memamerkannya ke orang lain. Tekanan juga datang dari teman-teman yang jahil bertanya, "yak, rambutmu panjangnya seberapa?" atau pertanyaan "yak, kenapa sih kamu pake jilbab terus kalo keluar rumah?" Itu tekanan pertama. Tekanan kedua adalah saya selalu ngerasa iri dan berbeda saat

Cemburu

Jealous ? Have you felt jealous? If you give that question to me, i'll say yes. I've known how hard  face that kind of  feeling is. Cemburu itu rasa yang wajar dialami oleh setiap orang. Ga cuma orang dewasa. Balita pun bahkan bisa cemburu dengan caranya sendiri. Kalo kamu adalah anak pertama yang punya adek kecil. Ku kira kamu tau rasanya kan? Gimana kamu sangat cemburu pas adekmu di gendong ayah. Sedangkan ayah ga sudi menggendongmu dengan alasan, "Kakak udah gede, malu dong kalo masih minta digendong." Cemburu itu saat temenmu lebih pinter, rangking satu terus di kelas, jadi primadona para guru. Sedangkan kita? Harus bikin masalah dulu biar diperhatiin guru. Cemburu itu pas kamu deket sama cowok, terus cowok itu nolongin cewek lain. Belum lagi kalo misal cewek itu malah keGRan dan berusaha ikut mendekati cowok itu. Rasanya pengen banget nyakar cewek kayak gitu. Guys, pernah mikir ga kalo Allah mungkin saja cemburu dengan kita. Saat Adzan berkumandang, buk

Kebahagiaan

Actually i don't have any idea why i open my blog this morning. Tapi karena udah terlanjur buka, sayang kan kalo g nulis apapun. Well kali ini saya bakal nulis tentang kebahagiaan. Tema ini saya comot sekenanya sesuai apa yang ada di otak saya sekarang. Menurut saya, kebahagiaan yang dialami umat manusia itu ada beberapa jenis:  1. Pura-pura bahagia  Pura-pura bahagia adalah level terendah dari bahagia. Hal ini tidak pernah diinginkan oleh siapapun. Tapi kadang pura-pura bahagia harus dijalani untuk menutupi luka hati. cie. Kalo kamu lagi di level ini, i suggest you to eat more karbohidrat and protein . Karena pura-pura bahagia itu butuh energi banyak. Bahkan saat di level ini, untuk tersenyum pun susah. Karena tiap kamu nyoba tersenyum, kamu seperti menusukkan belati ke dalam hati. Oke ini alay. 2. Kebahagiaan semu Kebahagiaan ini saya artikan sebagai kebahagiaan sementara, yang sebenarnya juga palsu, dan sesaat. Contoh, besok saya ada UAS, tapi hari itu saya dipinjem