Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Thankyou Kebumen!

Gambar
Kemarin kamis 19 oktober 2017 saya harus ke Kebumen untuk melaksanakan audit di cabang perusahaan. Well, kalo lewat kebumen saya setidaknya udah berkali-kali tiap saya ke Jakarta naik kereta, ke bandung, atau ke Baturaden. Tapi kalo tujuan really bener-bener mau ke kebumen, this is my first time. Kebumen itu kota kecil yang menurut saya tenang. Jauh dari kesan hiruk pikuk kota besar dan yang sangat mengejutkan, ternyata kebumen menyimpan kuliner yang enak banget. Saya berangkat dengan dua orang temen saya naik kereta Joglokerto; tiket keretanya murah. Jojga-Kebumen hanya Rp 50.000,-dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 1 jam 50 menit. Keretanya ontime kok. Jadi kalo di tiket adwalnya 06.58 WIB, berarti kereta jalan dr stasiun jam segitu. So, jangan sampai telat atau mepet banget dateng ke stasiunnya. Begitu sampai di kebumen, kami langsung ngantor dan memutuskan untuk cari hotel di sore hari. meskipun ternyata ngga sempet, karena kami baru pulang jam 8 malem -,- Siang harin

Dapodik oh Dapodik

Semalam saya dimintain tolong ibu buat ngerjain Data Pokok Pendidikan Masyarakat (DAPODIKMAS) kalo ngga keliru itu kepanjangannya.  Seperti hari-hari yang telah lalu, saya memang selalu membantu ibu mengerjakan dapodik. Dapodik adalah suatu aplikasi front end yang diharapkan dapat menjadi satu pintu pengumpulan data sekolah agar pemerintah dapa mengambil kebijakan terkait hal tersebut secara lebih efektif.  Alhamdulillah saya ngga ada masalah selama ini ngerjain dapodik, tapi kalo saya boleh protes ke Ditjen PAUDNI, plis pertimbangkan beberapa hal berikut: 1. Update versi yang terlalu sering. Dapodik sering kali mengalami perubahan dan pembaharuan disana-sini, sehingga membingungkan user. Saran saya, sebelum meluncurkan versi tertentu, kan hasrusnya ada uji coba terbatas, kelompok kecil, kemudian kelompok besar, baru diluncurkan ke masyarakat. Apakah pengembang aplikasi Dapodik ngga pernah memikirkan hal seperti itu?  Seenaknya banget tiba-tiba minta kita update versi dapodik,

Jogja Macet; Amit-amit deh!

Pagi yang cerah, suasana hangat. What a lovely day. Cuaca sangat mendukung aktivitas. Tetapi faktor pendukung dan semangat aktivitas bukan hanya cuaca kan? Masalahnya begini, sebagai warga Daerah Istimewa Yogyakarta mood semangat pagi saya bisa ilang sekejap di jalan raya. Bukankah udah dibikinin garis putih, zebracoss, dan segala perlengkapan lalu lintas untuk memastikannya tetap aman dan tertib? Tapi namanya manusia yang keburu-buru suka aja nglanggar batas-batas lalu lintas demi tercapainya sampai kantor on time.  Saya sering ngeliatin ibu-ibu tua usia 50an lg berdiri di trotoar sambil kebingungan. Lha gimana, motor-motor saling berebut naik ke trotoar. Si Ibu dalam dilema, kalo maju sampai pinggir jalan raya lumayan bahaya karena lalu lintas yang padat, tapi kalo mundur, ntar diserempet motor yang masuk trotoar.  Hey warga Indonesia, kalo kalian memang bangsa yang sudah terdidik, pernah mengenyam bangku sekolah, tau apa artinya rambu-rambu lalu lintas, tau fungsi trotoar

Do We Really Need The Rules?

Sering orang bilang, peraturan diciptakan untuk dilanggar. Kalo kita pengen tau berapa orang yang membenci peraturan, jawabannya sangat mudah. Banyak banget. Mulai dari anak SD sampai orang tua banyak yang benci peraturan. So, why we create it? Are we need the rules? Do our life getting better without rules? The answer absoltely NO. We don't be allright without the rules.  Manusia menciptakan aturan untuk mendapatkan haknya tanpa mengganggu hak orang lain, means we have our rights so do another people. Like everyone made mistake, they have their right so. Mengapa ada aturan universal dilarang membunuh, mencuri, dan menipu? Karena disaat kita melakukan pembunuhan, pencurian, dan penipuan, kita udah ngelanggar hak orang lain.  Ketika kita membunuh seseorang, kita merampas haknya untuk hidup yang merupakan karunia Tuhan. Ketika kita mencuri, kita mengambil hak orang lain untuk menikmati hasil kerja keras dan usahanya. Ketika kita menipu, kita melanggar hak orang lain

I am Okay

"Kill 'em with kindness" jadi favorit saya hari-hari ini. Saya ngerasain banget gimana rasanya terpuruk tapi harus tetep bersikap profesional. Gimana hati yang luka harus diabaikan agar tak terasa pedihnya. Kadang dunia memang kejam begitu. Sekeras apapun kita berusaha, setegar apapun kita mencoba tetap saja akhirnya kita buntu. Kalo mau meratapi masalah dan kehilangan, kita takkan pernah bangkit. Sakit. Tapi tugas manusia kan berusaha. Bukan salah kita kalo akhirnya tetap buntu. Mungkin Tuhan memang ingin menggariskan takdir seperti itu. Bisa jadi hal tersebut adalah yang terbaik.  Sesempurna apapun, jika memang yang diinginkan bukan kita maka memang bukan kita. Just enjoy this life. Millions people live whole wide world, mengapa kita harus hancur hanya karena seorang manusia saja? Lucunya kita memang sering begitu, mengorbankan segalanya demi pandangan manusia yang bahkan belum tentu peduli. Terlalu ingin terlihat baik di depan orang lain yang pada akhirnya

Quality Leading

Kemarin sore saya abis beli bbm di salah satu SPBU ringroad selatan yogyakarta. Serius saya kecewa sama salah satu petugas perempuan yang melayani. Wajahnya jutek dan  terkesan tidak sabaran. Waktu itu antrean depan saya bahkan baru saja nutup jok motornya dan saya baru ngajuin motor udah ditanya, "berapa?" Abis itu saya jawab, "full tapi maksimal 20 ribu" Mungkin mbaknya dengernya 20 ribu. Abis itu waktu tangki mau penuh dia belum ngurangin kecepatan atau tanda-tanda mau nyetop aliran bbm. akhirnya saya teriak, " Mbaaaaaakkk!!!!" and then people pada nengok secara serentak ke arah saya. Bbmnya ngeluber dan mbaknya panik menghentikan bbm. Saya sampai dibantuin ibu2 pengendara mobil sebelah saya buat negakin motor supaya bensinnya ga luber terlalu banyak. Saat saya nutup tangki, mbaknya ngasih kembalian di tangan saya tanpa senyum, minta maaf, atau berterima kasih. Saya yang udah terlanjur emosi mendorong motor maju sambil menghentakkan kaki kuat-kuat k

Just Write It Down, Babe!

Menulis itu hal yang gampang-gampang susah. Gampang buat yang sudah terbiasa, dan sulit untuk yang jarang melakukannya. Ada yang sulit sekali menulis, bahkan sulit menuliskan perasaan dan hidupnya sendiri. Nulis caption di sosmed aja kadang mikir, harud browsing dulu. Tapi buat yang sudah terbiasa bahkan punya puluhan buku yang sudah terbit, ratusan artikel dan opini. Saya bukan kedua tipe tersebut, artinya kebiasa banget nulis juga enggak, tapi susah banget nulis juga enggak. Ada orang yang tanya, kenapa saya sering nulis meskipun ga bagus, bahasanya amburadul, kalimat antar paragraf melompat-lompat, ga banyak yang baca pula.  Buat saya menulis dan menagis itu sama. Mereka sama-sama seperti obat penenang dan pundak untuk bersandar dikala menghadapi kesulitan. Saya ga peduli seberantakan apa, segila apa, dan dibaca atau tidak. Menulis itu melegakan.  Lebih baik kita tulis dulu apa yang ada daripada mutug gara-gara kita ga bisa mengungkapkannya dalam bahasa yang bagus. At lea

Turbulensi Zaman

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No 20 Th 2003 ttg Sisdiknas) UU tersebut sama sekali tidak menyebutkan bahwa pendidikan harus melalui bangku sekolah formal. Setiap orang bisa mendapatkan pendidikan dari pengalaman hidupnya sehari-hari asalkan memenuhi unsur:  -usaha sadar dan terencana -mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran -aktif mengembangkan potensi dirinya Zaman terus melaju dan bergerak dinamis, bahkan turbulens. Kini pendidikan formal bukan lagi hal yang utama. Banyak start up, bahkan perusahaan sekelas Google dan EY berani membuka lowongan pekerjaan untuk siapapun yang memiliki kompetensi tanpa memandang ijazah formal yang dimiliki. Kondisi ini

Excuses

Everyone makes mistakes, the only thing made it's different is the reason and excuses. Kadang alasan membuat seseorang tak bersalah. Tapi sebetulnya itu alasan atau pembenaran? Saya inget banget beberapa hal berikut yang bikin saya sekarang suka mikir sebelum ngeluarin alasan. Saya takut jangan-jangan itu cuma usaha saya aja buat membenarkan kesalahan yang saya perbuat. Kalo orang sukanya cari pembenaran, bisa jadi dia ngga pernah evaluasi dan berbenah. Alesaaan terus.. and I don't wanna be like that. 1. Kata-kata pakde saya waktu minta diambilkan tutup gelas untuk cangkir kopinya. Saya udah cari-cari tutup gelas kesana kemari tapi ngga ada. Walhasil sambil nyengir saya bilang, "Sorry pakde, ngga ada tutup gelasnya. Dulu punya banyak sih. Tapi suka keselip-selep di rak. Pada jatuh terus kebuang, abis deh" Pakde saya bilang, " oh berarti tutup gelasnya ga ada? Yaudah gapapa, gausah banyak alasan. Ga ada yaa bilang aja ga ada. Ga usah belibet." 2. Pas w

dari: Rakyat Tangguh yang Tak Suka Minta Subsidi

Sejak Rezim yang sekarang berkuasa, pencabutan subsidi terus berlangsung di berbagai bidang. Rezim ini bilang ke kita kalo uang subsidi dapat dialihkan ke pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan apalah untuk membuat kehidupan rakyat jadi lebih baik. Rakyat yang mana pak? Kemarin, gas 3 kg yang ada di rumah habis. Ibu saya cari kemana-mana ternyata warung juga mengeluh kalau sekarang gas 3 kg susah. Tadi pagi, om saya yang ada di kulonprogo 25 km jauhnya dari rumah saya pun minta tolong dicarikan gas 3 kg karena dia udah nyari kemana-mana tetep ga dapet. yang saya heran, Indonesia itu negeri dengan kekayaan yang luar biasa banyak. Emas berlimpah, cadangan minyak di perut bumi, kayu ditancapkan pun tumbuh jadi pohon, garis pantai terpanjang di dunia, tapi rakyat masih kesulitan cari gas, air bersih, bahkan harga garam naik dan impor pula. Bukannya kami ga mampu membeli dan ga punya uang. Tapi mana peran negara untuk menyejahterakan rakyatnya? Jangan semena-mena meminta

Apakah Karena Mereka Muslim?

Rohingya berduka Tak hanya rohingya, seharusnya umat muslim diseluruh dunia juga merasa luka. di tengah gegap gempita takbir hari  raya idul adha, mereka nelangsa.. harus menghadapi maut, melarikan diri ke negara tetangga manapun untuk menyelamatkan jiwa. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, dekat dengan mereka, apa yang telah dilakukan? Berkoordinasi dengan PBB, lalu? Mengutuk? Menyesalkan? Berharap pemerintah Myanmar melakukan perhatian khusus? Hanya itukah yang dilakukan pemerintah negara ini? Kira-kira berani ngga pemerintah menggambil sikap keras? Mengusir dubes Myanmar dari Indonesia, adakan KTT Luar Biasa ASEAN dengan agenda mengusir Myanmar dari ASEAN? Saya sedikit rindu dengan sikap Soekarno. Dulu, saat Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia, Beliau dengan gagah  dan elegan keluar dari PBB. Harga dirinya sebagai pemimpin tinggi sekali. Apakah karena korbannya adalah muslim, maka negara-negara sekitar diam saja? Bahkan Amerika yang biasa ikut campur pu

Penipuan Menggunakan Kode OTP Mandiri E Cash

Gambar
Kejadian ini saya alami kemarin hari Jum'at tanggal 11 Agustus 2017, well udh sekitar 4 hari lalu sih, tapi baru sempet nulis sekarang. Better late than never uh? :D Jadi ceritanya gini, kemarin saya jual HP evercoss di OLX (http://olx.co.id/iklan/dijual-evercoss-a54-haier-max-IDojB2T.html#1c81e8cf31). Belum ada sehari iklan dipasang, ada orang yang nawar. Dia ngaku dari Tangerang a.n Fikri Wijaya. Dia ngga nawar sama sekali, tapi minta ongkirnya kita yang nanggung. Okedeh, boleh. saya kirim nomor rekeningnya. sambil nunggu transferan masuk, kita pack tuh HPnya. Abis itu dia ngirim bukti transfer. Sebenernya pas ngeliat struknya saya ngerasa agak ganjil, di struk pengirimnya dari PT Bina Mandiri, padahal dia ngaku bernama Fikri Wijaya.  Tapi selanjutnya saya maklum. Oh okelah mungkin dia kerja disitu. Next question is OTP. apaan tuh? sebagai orang yang hampir ga pernah jual beli online saya ga paham istilah OTP. karena gengsi mau nanya, saya searching dulu. Ternyata OT