Memilih Laki-laki

Laki-laki itu menang bilang duluan, perempuan itu menang milih dan nolak. 

Pernah denger kata-kata kayak gitu? Saya sering sih. Kalimat itu biasanya muncul kala sedang membicarakan soal jodoh. Mulai dari kenapa jodoh yang ditunggu belum juga muncul, siapa jodoh kita kelak, sampai akhirnya bawa-bawa perbandingan keberuntungan antar gender buat mengungkapkan cinta.

Bicara soal memilih, perkara itu ternyata ga segampang yang kaum adam kira, tinggal tunjuk mana yang di suka. Hellow, soal jodoh itu perkara sampai akhirat, ga bisa lah ya kalo di asumsikan milih jodoh itu kayak milih bumbu cimol, mau jagung bakar, balado, barbeque, dsb.

Di berbagai kajian yang pernah saya ikuti, dimana-mana milih seorang suami itu didasarkan pada empat hal utama: agama, nasab, harta, dan kedudukannya. Ngomong-ngomong, akuntan juga punya cara lhoh buat menaksir dan memilih laki-laki impian.

Caranya gampang banget, cari tau berapa present value dari beberapa laki-laki yang mau kita pilih, trus pilih yang present valuenya paling gede. Singkatnya, hitung berapa arus kas masa depan yang bisa dihasilkan sama laki-laki itu. Misal, si laki-laki kerja jadi dosen, maka hitung saja gaji dosen dikalikan dengan masa kerja laki-laki itu sampai pensiun. Perkirakan pula arus kas masuk lain seperti penghasilan tambahan dari investasi, warisan orang tua, bonus kerja, kemungkinan-kemungkinan kenaikan pangkat dsb. setelah itu bagi lah dengan tingkat suku bunga saat ini dan dipangkatkan dengan periode pernikahan kalian.

Kesannya emang matre banget yaa akuntan itu, tapi kenyataan memang kayak gitu. Uang bukan segala-galanya, namun uang itu pelancar masa depan. Nyekolahin anak, beli susu, baju, odol, alat mandi, pake apa bang? Pake daun?

Satu hal yang paling penting, sekaya apapun kita di dunia, dunia cuma tempat mampir, bukan tempat tujuan. Maka, jika ada laki-laki yang rajin menunaikan sholat sunnah sebelum subuh dua raka'at saja, terimalah lamarannya. Karena sungguh... ia memupuk pahala yang lebih baik daripada dunia dan seisinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEKUATAN atau KEMUDAHAN?

Mengapa (harus) ke Boarding School?

Bedah Isi Buku Positive Parenting