Prinsip Ekonomi

Kemarin sabtu, kelompok KKN saya memfasilitasi pertemuan antara takmir masjid yang baru dengan organisasi remaja masjid setempat. Setelah sekian lama remaja masjid dianggap mati suri akibat adanya konflik, pertemuan kemarin seperti memberi pencerahan dan harapan baru bagi kaderisasi remaja masjid dan kelangsungan organisasi mereka.

Pertemuan di awali dengan tilawah QS. Al Fatihah, dan Al Baqarah ayat 1-8. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian wejangan dan motivasi dari takmir masjid yang baru. Takmir masjid menekankan pentinganya membaca Al Qur'an dan menumpuk pahala dari amalan sedikit demi sedikit. 

Wejangan pak takmir membuat saya berpikir tentang prinsip ekonomi, bahwa kita harus mendapat hasil yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan tertentu. Maka, seharusnya semakin paham seseorang terhadap prinsip ekonomi, semakin banyak amalan yang akan dilakukannya.

Contohnya sederhana saja. Allah tidak mencatat niat buruk seseorang sampai hal tersebut dilakukannya. Namun Allah akan mencatat niat baik seseorang walaupun kebaikan tersebut batal dijalankan. Seyogyanya, setelah tahu hal seperti ini, kita selalu meniatkan hidup kita untuk kebaikan. Terlaksana atau tidak, toh niat-niat baik kita dicatat oleh Allah bukan? Apa ruginya meniatkan hidup untuk kebaikan?

Jika surga dan neraka itu hanya bualan semata, maka sungguh orang yang berbuat kebaikan tidak akan rugi sedikitpun. Begitupula sungguh keberuntungan yang besar bagi mereka apabila surga dan neraka itu benar adanya. Bukankah begitu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEKUATAN atau KEMUDAHAN?

Mengapa (harus) ke Boarding School?

Bedah Isi Buku Positive Parenting